Jumat, 15 Juli 2016

Tagged Under:

Penyebab Kekalahan USSR Dan Teori Yang Berhubungan Dengan Komunisme

By: Unknown On: 19.42
  • Share The Gag


  • A.    Pendahuluan
    Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War, bahasa Rusia: холо́дная война́, kholodnaya voyna, 1947–1991) adalah sebutan bagi suatu periode terjadinya ketegangan politik dan militer antara Dunia Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya, dengan Dunia Komunis, yang dipimpin oleh Uni Soviet beserta sekutu negara-negara satelitnya. Peristiwa ini dimulai setelah keberhasilan Sekutudalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang Dunia II, yang kemudian menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai dua negara adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar. Uni Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang didudukinya, membentuk Blok Timur. Proses pemulihan pasca-perang di Eropa Barat difasilitasi oleh program Rencana Marshall Amerika Serikat, dan untuk menandinginya, Uni Soviet kemudian juga membentuk COMECON bersama sekutu Timurnya. Amerika Serikat membentuk aliansi militer NATO pada tahun 1949, sedangkan Uni Soviet juga membentuk Pakta Warsawa pada tahun 1955. Beberapa negara memilih untuk memihak salah satu dari dua negara adidaya ini, sedangkan yang lainnya memilih untuk tetap netral dengan mendirikan Gerakan Non-Blok.
    Peristiwa ini dinamakan Perang Dingin karena kedua belah pihak tidak pernah terlibat dalam aksi militer secara langsung, namun masing-masing pihak memiliki senjata nuklir yang dapat menyebabkan kehancuran besar. Perang Dingin juga mengakibatkan ketegangan tinggi yang pada akhirnya memicu konflik militer regional seperti Blokade Berlin (1948–1949), Perang Korea (1950–1953), Krisis Suez (1956),Krisis Berlin 1961, Krisis Rudal Kuba (1962), Perang Vietnam (1959–1975), Perang Yom Kippur (1973), Perang Afganistan (1979–1989), dan Penembakan Korean Airlines 007 oleh Soviet (1983). Alih-alih terlibat dalam konflik secara langsung, kedua belah pihak berkompetisi melalui koalisi militer, penyebaran ideologi dan pengaruh, memberikan bantuan kepada negara klien, spionase, kampanye propaganda secara besar-besaran, perlombaan nuklir, menarik negara-negara netral, bersaing di ajang olahraga internasional, dan kompetisi teknologi seperti Perlombaan Angkasa. AS dan Uni Soviet juga bersaing dalam berbagai perang proksi; di Amerika Latin dan Asia Tenggara, Uni Soviet membantu revolusi komunis yang ditentang oleh beberapa negara-negara Barat, Amerika Serikat berusaha untuk mencegahnya melalui pengiriman tentara dan peperangan. Dalam rangka meminimalkan resiko perang nuklir, kedua belah pihak sepakat melakukan pendekatan détente pada tahun 1970-an untuk meredakan ketegangan politik.
    Pada tahun 1980-an, Amerika Serikat kembali meningkatkan tekanan diplomatik, militer, dan ekonomi terhadap Uni Soviet di saat negara komunis itu sedang menderita stagnasi perekonomian. Pada pertengahan 1980-an, Presiden Soviet yang baru, Mikhail Gorbachev, memperkenalkan kebijakan reformasi liberalisasiperestroika ("rekonstruksi, reorganisasi", 1987) dan glasnost ("keterbukaan", ca. 1985). Kebijakan ini menyebabkan Soviet dan negara-negara satelitnya dilanda oleh gelombang revolusi damai yang berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan pada akhirnya menyisakan Amerika Serikat sebagai satu-satunya kekuatan militer yang dominan di dunia. Perang Dingin dan berbagai peristiwa yang menyertainya telah menimbulkan dampak besar terhadap dunia dan sering disebutkan dalam budaya populer, khususnya dalam media yang menampilkan tema spionase dan ancaman perang nuklir.
    B.     Rumusan Masalah
    1.      Mempelajari lebih detail sebab-sebab runtuhnya Uni Soviet dalam Perang Dingin sebagai negara adidaya
    2.      Menghubungkan teori kapitalisme dan komunisme dengan runtuhnya USSR

    C.    Landasan Teori
    1.      Teori Pers Soviet Komunis
    Sistem komunis (juga sering disebut sistem pers “totaliter Soviet atau Soviet Totalitarian” atau “pers Komunis Soviet/Soviet Communist”) berkembang karena munculnya Negara Uni Soviet yang berpaham komunis pada awal abad ke-20. Sistem ini dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx tentang perubahan sosial yang diawali oleh dialektika Hegel. Pers dalam sistem ini merupakan alat pemerintah atau partai dan menjadi bagian integral dari Negara. Pers menjadi alat atau organ partai yang berkuasa (Partai Komunis Uni Soviet/PKUS). dengan demikian, segala sesuatu ditentukan oleh Negara (partai). Kritik diizinkan sejauh tidak bertentangan dengan ideologi partai. Media massa melakukan yang terbaik untuk partai yang ditentukan oleh pemimpin PKUS, (Nurudin, 2006:60).
    Karl Marx menemukan jawaban terutama dalam konsep Hegel tentang dialektika dimana dua kekuasaan yang bertentangan (tesis dan antitesis) menyelesaikan perbedaan mereka dalam sebuah sintesis. Sintesis ini pada gilirannya akan menjadi tesis yang ditentang oleh sebuah antitesis baru, dan dari sini akan tumbuh sintesis baru dan begitulah seterusnya, (Wilbur Shcramm, 1986:124).
    Pemikiran soviet jauh berbeda dari konsep pers sebagai lembaga keempat yang mengawasi dan melaporkan serta mengkritik tiga lembaga lainnya. Sejak dimulainya revolusi kaum proletar, komunikasi massa dianggap sebagai alat. Lenin-lah yang menyatakan bahwa surat kabar harus menjadi sebuah “propagandis kolektif, agiator kolektif, organisator kolektif”. Dengan demikian media adalah alat yang dikontrol Negara (yang mewakili rakyat) melalui control terhadap kemudahan material komunikasi. Media swasta sudah lenyap sejak awal-awal sejarah Soviet. Media harus digunakan sebagai alat untuk menyampaikan peasn seperti yang telah dipresentasikan di Kremlin. Media harus digunakan sebagai alat perubahan social dan control social, dalam sebuah kerangka referensi yang erat-bersatu, dan dibuat dengan teliti. Pada akirnya media harus menjadi alat untuk tujuan-tujuan yang serius. Dengan kata lain, media Sovietr telah tumbuh untuk mencerminkan ideologi resmi Soviet, Negara Soviet dan “kepribadian ideal” Soviet sendiri, (Wilbur Schramm, 1986 : 134).
    Teori pers Soviet komunis muncul karena adanya pemikiran Marxis, Leninisme, Stalinia dengan campuran pemikiran dari Hegel dan pandangan orang-orang Rusia pada abad ke-19. Teori pers soviet komunis merupakan pers yang terencana. Artinya pers ini disebarkan dengan seksama keseluruh negara dengan menggunakan cara-cara khusus guna menarik sebanyak-banyaknya pembaca. Khusus disini dapat menggunakan cara vertikal ataupun horizontal. Secara vertikal, ada berbagai jenis surat kabar untuk berbagai jenis afiliasi dan pemilikan. Secara horizontal, surat kabar ini membentuk sebuah piramida raksasa dengan surat kabar diseluruh negeri. Misalnya di Soviet ada Pravda (organ Komite Pusat Partai) dipuncaknya, ada Izvestia (organ Soviet tertinggi), yang sirkulasinya ke seluruh Uni Soviet. Di tingkat berikutnya ada surat kabar provinsi yang sirkulasi keseluruh wilayah-wilayah tertentu. Di tingkat lebih bawah lagi ada surat kabar lokal, melayani distrik-distrik dan kota-kota, tanah pertanian dan pabrik milik negara. Dari ini semua terlihat bahwa sistem Soviet komunis sangat tersusun rapi dan begitu terencana.
    2.      Teori Lysenko
    Beberapa media Uni Soviet membicarakan percobaan lanjutan Lysenko dalam masalah pertanian. Dari tahun 1927-1964, percobaan teori Lysenko, dan laporan-laporan tentang kegagalan percobaannya segera ditutupi dengan keberhasilan yang ajaib itu. Selain itu, Lysenko mengagumi dan dibanggakan dengan gambar "Manusia Besar"-yaitu simbolisasi petani jenius Soviet - Lysenko.
    Pada akhir 1920-an, Lysenko mulai didukung oleh beberapa pemimpin Soviet seperti Joseph Stalin. Dukungan ini berakibat pada penggunaan wajib teori Lysenko pada bidang pertanian di Uni Soviet, karena teorinya ini dilindungi oleh Partai Komunis Uni Soviet. Lysenko juga menghabiskan banyak waktu untuk menolak hal-hal yang sebenarnya benar menurut ilmu pengetahuan. Contohnya, ia mengatakan bahwa percobaan tidaklah harus dilakukan dalam laboratorium yang terisolasi. Teori Lysenko segera mendapat acungan jempol dan dipuji-puji oleh Stalin dalam setiap pidatonya. Stalin adalah pendukung utama teori Lysenko. Terbukti ketika seorang ahli biologi Uni Soviet, Nikolai Vavilov, menyatakan dengan jelas bahwa ia menentang teori ini, Stalin mengirimkan agen NKVD untuk menculik Vavilov dari rumahnya. Vavilov dikenai hukuman karena dicurigai ingin menghancurkan pertanian Uni Soviet. Akhirnya, Vavilov dikirim ke kamp kerja paksa di Saratov, Siberia, hingga meninggalnya.
    Setelah era Stalin, Lysenko langsung mendapat promosi dari Nikita Khrushchev untuk tetap di jabatannya. Pada masa ini, pemerintah Soviet melonggar seiring dengan proyek de-Stalinisasi. Mulai muncul banyak kritik dari ilmuwan-ilmuwan Soviet, seperti Yakov Borisovich Zeldovich, Vitaly Ginzburg, and Piotr Kapitsa. Mereka menyatakan bahwa teori Lysenko adalah ilmu pengetahuan yang salah. Peraih Nobel Fisiologi/Kedokteran, Andrei Sakharov, mengkritik Lysenko di depan Sidang Umum Akademi Sains Uni Soviet.
    Dia [Lysenko] bertanggung jawab atas hasil yang memalukan dalam perkembanga biologi di Uni Soviet dan juga genetika, dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang salah, penyalahan pembelajaran, dan atas kematian ilmuwan Uni Soviet yang pintar. Walaupun begitu, teorinya masih dipakai oleh Cina. Lysenko meninggal pada tahun 1976.
    3.      Mahzab Frankfurt
    Mahzab Frankfurt  didirikan pada tahun 1923 sebagai kelanjutan tradisi kritis yang pudar dengan berdirinya negara Uni Sovyet yang menjadikan tradisi kritis Marx menjadi satu dogma Marxisme-Leninisme. Mahzab ini terkenal dengan teori kritis yang dimaksudkan sebagai satu kritik ideologi dan kritik terhadap positivisme. Kritik ideologi, sejalan dengan pemikiran Marx, menggugat ideologi yang sudah dibakukan oleh kekuasaan sebagai pendukungnya. Ideologi seharusnya mempunyai sifat dialektis sehingga tetap mendorong unsur kritis di dalamnya. Kritik terhadap positivisme mempunyai nada yang sama karena klaim bebas nilai dan bebas kepentingan yang diusungnya akan menjadikan ilmu sebagai pelestari status quo semata.
    Selain itu, kritik juga dilontarkan oleh Mahzab Frakfurt terhadap masyarakat modern. Kritik terutama diarahkan terhadap rasio instrumental yang telah mendominasi masyarakat modern. Rasio instrumental adalah suatu pemikiran yang memandang segala sesuatu hal yang lain dalam kerangka manipulasi bagi kepentingan seseorang. Rasio ini telah digunakan dengan baik oleh Nazi dalam pemusnahan etnis Yahudi melalui cara yang efektif dan efisien yaitu dengan pembangunan kamp-kamp konsentrasi. Rasio serupa digunakan oleh kaum borjuis, terutama di Amerika, guna mengebiri potensi revolusi kaum proletar sebagaimana ramalan Marx. Kaum proletar telah terintegrasi ke dalam kapitalisme itu sendiri melalui budaya konsumerisme. Mereka tidak bisa lepas dan menyadari keberadaan kelasnya sehingga amat jauh dari revolusi yang menurut Marx akan menjatuhkan kapitalisme. Sayangnya, dominasi tersebut telah sedemikian kuatnya sehingga tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk membongkarnya. Mahzab Frakfurt hanya dapat menemukan jalan buntu teori kritisnya yang berujung pada pesimisme. Disinilah Habermas, sebagai generasi kedua Mahzab Frankfurt, akan tampil dengan terobosan pemikirannya. 

    D.    Pembahasan
    1.      Penyebab Kekalahan USSR
    a.       Reformasi Gorbachev
    Pada saat Mikhail Gorbachev, yang relatif masih muda, menjadi Sekretaris Jenderal pada tahun 1985, perekonomian Soviet sedang stagnan dan mengalami penurunan tajam dalam penerimaan mata uang asing akibat turunnya harga minyak dunia pada tahun 1980-an. Masalah ini memaksa Gorbachev untuk mengambil langkah-langkah guna membangkitkan kembali keterpurukan Soviet. Gorbachev menyatakan bahwa untuk membangkitkan kembali Soviet, diperlukan perubahan yang mendalam dalam struktural Soviet. Pada bulan Juni 1987, Gorbachev mengumumkan agenda reformasinya yang disebut perestroika atau restrukturisasi. Perestroika memungkinkan lebih efektifnya sistem kuota produksi, kepemilikan swasta atas bisnis dan juga membuka jalan bagi investor asing. Langkah ini dimaksudkan untuk mengarahkan sumber daya negara dari pembiayaan militer yang mahal untuk menunjang Perang Dingin ke pengembangan sektor sipil yang lebih produktif.
    Meskipun muncul skeptisisme dari negara-negara Barat, pemimpin Soviet yang baru ini terbukti berkomitmen untuk memperbaiki kondisi perekonomian Soviet yang buruk, bukannya melanjutkan perlombaan senjata dengan Barat. Untuk melawan penentang reformasinya yang berasal dari internal partai, Gorbachev secara bersamaan memperkenalkan glasnost, atau keterbukaan. Kebijakan ini memungkinkan meningkatnya kebebasan pers dan transparansi lembaga-lembaga negara. Glasnost dimaksudkan untuk mengurangi korupsi dalam tubuh Partai Komunis dan memoderasi penyalahgunaan kekuasaan di Komite Sentral. Glasnost juga memungkinkan meningkatnya kontak antara warga Soviet dan Dunia barat, khususnya dengan Amerika Serikat, yang memberikan kontribusi bagi peningkatan détente antara kedua negara.
    b.      Goyahnya sistem Soviet
    Pada tahun 1989, sistem aliansi Soviet berada di ambang keruntuhan. Akibat hilangnya dukungan militer dari Soviet, satu-persatu para pemimpin negara-negara komunis Pakta Warsawa juga kehilangan kekuasaan. Di Uni Soviet sendiri, kebijakan glasnost melemahkan ikatan yang selama ini menyatukan Soviet. Bulan Februari 1990, dengan semakin memuncaknya isu pembubaran Uni Soviet, para pemimpin Partai Komunis terpaksa menyerahkan tampuk kekuasaannya yang telah bertahan selama 73 tahun.
    Pada saat yang sama, isu kemerdekaan yang dipicu oleh glasnost semakin mendorong negara-negara Soviet untuk memisahkan diri dari Moskow.Negara-negara Baltik mulai menarik diri dari Soviet sepenuhnya. Gelombang revolusi damai 1989 yang melanda Eropa Tengah dan Eropa Timur meruntuhkan kedigjayaan komunisme Soviet di negara-negara seperti Polandia, Hongaria, Cekoslowakia dan Bulgaria. Rumania menjadi satu-satunya negara Blok Timur yang menggulingkan kekuasaan komunis secara keras dengan mengeksekusi kepala negaranya.
    c.       Ketidakpuasan Publik
    Ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi-kondisi ekonomi, yang menjadi lebih berani karena kebebasan oleh glasnost, jauh lebih luas daripada yang sebelumnya pada masa Soviet. Meskipun perestroika dianggap berani dalam konteks sejarah Soviet, upaya-upaya Gorbachev untuk melakukan pembaruan ekonomi tidak cukup radikal untuk memulai kembali ekonomi negara yang sangat lesu pada akhir 1980-an. Upaya-upaya pembaruan mengalami berbagai terobosan dalam desentralisasi, namun Gorbachev dan timnya sama sekali tidak menyinggung unsur-unsur fundamental dari sistem Stalinis, termasuk pengendalian harga, mata uang rubel yang tidak dapat dipertukarkan, tidak diakuinya pemilikan pribadi, dan monopoli pemerintah atas sebagian terbesar sarana produksi.
    Pada 1990 pemerintah Soviet praktis telah kehilangan seluruh kendali terhadap kondisi-kondisi ekonomi. Pengeluaran pemerintah meningkat dengan tajam karena semakin meningkatnya usaha-usaha yang tidak menguntungkan yang membutuhkan dukungan negara sementara subsini harga konsumen juga berlanjut. Perolehan pajak menurun karena perolehan dari penjualan vodka merosot drastic karena kampanye anti alkohol dan karena pemerintahan republik dan pemerintah-pemerintah setempat menahan perolehan pajak dari pemerintah pusat di bawah semangat otonomi regional. Penghapusan kontrol pemerintah pusat terhadap keputusan-keputusan produksi, khususnya dalam sektor barang-barang konsumen, menyebabkan runtuhnya hubungan pemasok-produsen sementara hubungan yang baru tidak terbentuk. Jadi, bukannya merampingkan sistem, program desentralisasi Gorbachev menyebabkan kemacean-kemacetan produksi yang baru.
    Gorbachev menuduh Boris Yeltsin lawan lamanya dan presiden Rusia pertama pada masa pasca-Soviet, telah mencabik-cabik negara itu untuk mengutamakan kepentingan-kepentingan pribadinya sendiri. Pada 7 Februari 1990 Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet setuju untuk melepaskan monopoli atas kekuasaan. Republik-republik anggota Uni Soviet mulai menegaskan kedaulatan nasional mereka terhadap Moskwa, dan mulai melancarkan "perang undang-undang" dengan pemerintah pusat di Moskwa. Dalam hal ini, pemerintahan republik-republik anggota Uni Soviet membatalkan semua undang-undang negara kesatuan apabila undang-undang itu bertentangan dengan undang-undang lokal, menegaskan kendali mereka terhadap ekonomi lokal dan menolak membayar pajak kepada pemerintah pusat di Moskwa. Pergumulan ini menyebabkan macetnya ekonomi, karena garis pasokan dalam ekonomi rusak, dan menyebabkan ekonomi Soviet semakin merosot.
    d.      Kegagalan Teori Marx
    Ramalan Marx akan runtuhnya sistem Kapitalisme makin jauh dari kenyataan. Kapitalisme makin memperkokoh dirinya dalam masyarakat barat dengan menarik kaum proletar, kaum yang diduga Marx akan menjadi subjek revolusi, ke dalam sistemnya. Kapitalisme, sebagaimana dikumandangkan kaum revisionis seperti Eduard Bernstein, telah mampu menyesuaikan dirinya dengan perkembangan jaman guna menghindarkan kehancurannya . Ajaran Marx sendiri justru terbelah menjadi tiga arus utama , di Uni Soviet ajarannya dijadikan dogma yang menjadi legitimasi rezim partai komunis Lenin dan penerusnya, di Eropa diusung oleh sayap moderat dalam tubuh partai sosial demokrat namun telah kehilangan sisi revolusionernya, dan terakhir adalah ajaran Marx yang diusung oleh Mahzab Frakfrut.
    e.       Kelemahan sistem Pers Soviet Komunis
    Hanya menguntungkan kaum sosialis karena hanya memburu keberhasilan bagi kediktatoran partai. Tidak semuanya behak dapat menggunakan media dari sistem ini karena hanya anggota-anggota partai yang loyal saja yang berhak.

    E.     Kesimpulan
    Dari landasan teori dan beberapa penyebab keruntuhan USSR di atas, maka dapat disimpulkan banyaknya kelemahan dari ideologi sosialis, berbeda dengan ideologi kapitalis yg dipakai USA dapat mengikuti perkembangan jaman.
    Meskipun begitu sampai sekarang komunis masih hidup, seperti yg dikatakan Brezhnev : “Ketika kekuatan yang memusuhi sosialisme mencoba untuk mengubah haluan beberapa negara sosialis menuju kapitalisme, itu bukan hanya menjadi masalah bagi negara yang bersangkutan, namun masalah umum dan kepedulian dari semua negara-negara sosialis.” (Doktrin Brezhnev).


    Sistem Pers Soviet Komunis juga memiliki banyak kelebihan, diantaranya :
    -          Media bebas melaksanakan tugas-tugas sebagai instrument Negara da partai, bukan sebagai pihak-pihak yang bersaing mendapatkan simpati publik.
    -          Sistem soviet menetapkan fungsi komunikasi massa secara positif dengan mengatur rakyat agar mendukung pemimpin dan program-programnya.
    -          Sistem ini dibangun atau diciptakan sebagai bagian dari perubahan dan untuk membantu mencapai perubahan.
    -          Sistem soviet untuk membangun statusquo Soviet, tetapi selalu dalam konteks perubahan dan perkembangan.
    -          Sistem soviet ini merupakan sistem pers terencana yang bercampur kedalam partai dengan dibantu oleh organisasi-organisai dibawahnya.
    Setelah istilah "Perang Dingin" dipopulerkan untuk merujuk pada ketegangan antara AS-Soviet pasca-Perang Dunia II, penafsiran terhadap asal-usul konflik telah menjadi sumber perdebatan di kalangan sejarawan, ilmuwan politik, dan jurnalis. Secara khusus, sejarawan tidak sepakat mengenai siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan hubungan Soviet-AS setelah Perang Dunia II, dan apakah konflik antara dua adidaya tersebut tak terelakkan atau bisa dihindari. Para sejarawan juga tidak sepakat mengenai apa defenisi persisnya Perang Dingin itu, apa-apa saja yang menjadi sumber-sumber konfliknya, dan bagaimana untuk menguraikan pola aksi dan reaksi antara kedua belah pihak.
    Meskipun penjelasan tentang asal-usul dari konflik Perang Dingin dalam diskusi akademik berlangsung dengan kompleks dan beragam, beberapa sekolah umum menetapkan pemikiran pada subjek yang dapat diidentifikasi. Sejarawan umumnya berpendapat bahwa terdapat tiga pendekatan yang berbeda untuk mempelajari Perang Dingin, yaitu: pendekatan "ortodoks", "revisionisme", dan "pasca-revisionisme".
    Pendekatan "ortodoks" menyatakan bahwa Uni Soviet dan ekspansinya ke Eropa Timur lah yang memicu berkobarnya Perang Dingin. Kalangan "revisionis" menganggap bahwa Amerika Serikat bertanggung jawab atas kerusakan perdamaian pasca-Perang Dunia II karena berupaya untuk mengkonfrontasi dan mengisolasi Uni Soviet sebelum akhir Perang Dunia II. Sedangkan "pasca-revisionis" memandang Perang Dingin sebagai peristiwa yang lebih bernuansa, dan berusaha untuk lebih menyeimbangkan mengenai siapa pihak yang bertanggung jawab dalam Perang Dingin. Kebanyakan historiografi mengenai Perang Dingin menggunakan dua atau keseluruhan pendekatan ini.



    F.     Sumber

    Etika Emansipatoris Jurgen Habermas

    0 komentar:

    Posting Komentar