Jumat, 15 Juli 2016

Tagged Under:

Makalah Validitas Dan Realibilitas

By: Unknown On: 21.23
  • Share The Gag


  • BAB I
    PENDAHULUAN

    A.    Latar Belakang Masalah
    Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data ang di tempu. Hal ini mudah dipahami karena instrumenerfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehigga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliable maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnyadi lapangan.
    Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru. Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang dibuat sendiri, instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.
    Dengan demikian, jika instrumen baku telah tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang diajdikan landasan penyusunan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang dijadikan landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang diacu dalam penelitian kita. Selain itu konstruk variabel yang hendak kita ukur dalam penelitian. Akan tetapi jika instrumen yang baku belum tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian, maka instrumen untuk mengumpulkan data variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti. Dalam rangka memahami pengembangan instrumenpenelitian, maka berikut ini akan dibahas mengenai beberapa hal yang terkait, diantaranya pengertian instrumen, langkah-langkah pengembangan instrumen, fungsi instrumen, validitas dan reliabilitas.

    B.     Perumusan Masalah
    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
    1.      Apa saja jenis-jenis instrumen pengumpulan data?
    2.      Apa fungsi dari instrumen penelitian?
    3.      Bagaimana cara mengkalibrasi instrumen penelitian?

    C.     Tujuan dan Manfaat
    1.      Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
    a.       Menguraikan jenis-jenis instrumen pengumpulan data
    b.      Menjelaskan fungsi dari instrumen penelitian
    c.       Menjelaskan cara mengkalibrasi instrumen penelitian
    2.      Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini adalah:
    a.       Mahasiswa mengetahui jenis-jenis instrumen pengumpulan data
    b.      Mahasiswa mengetahui fungsi dri instrumen penelitian
    c.       Mahasiswa mampu mengkalibrasi instrumen penelitian

    D.    Metodologi Penulisan
    Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yakni mendapatkan sumber informasi yang berasal dari media cetak berupa buku dan media elektronik seperti internet.

    E.     Sistematika Penulisan
    Makalah ini terdiri dari 3 bab, yakni bab I, bab II dan bab III. Berikut ini merupakan sistematika penulisan yang digunakan, yakni:
    BAB I       : PENDAHULUAN
    A.    Latar Belakang
    B.     Perumusan Masalah
    C.     Tujuan dan Manfaat
    D.    Metodologi Penulisan
    E.     Sistematika Penulisan
    BAB II      : PEMBAHASAN
    A.    Pengertian Instrumen Pengumpulan Data Penelitian
    B.     Kegunaan Instrumen Penelitian
    C.     Jenis Instrumen Pengumpulan Data
    D.    Fungsi Instrumen Penelitian
    E.     Validitas dan Reliabilitas Instrumen
    F.      Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
    BAB III    : KESIMPULAN

    BAB II
    PEMBAHASAN

    A.    Pengertian Intrumen Pengumpulan Data Penelitian
    Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data. Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama jika peneliti menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjektif peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang tepat.
    Pengumpulan data dalam penelitian perlu dipantau agar data yang diperoleh dapat terjaga tingkat validitas dan reliabilitasnya. Walaupun telah menggunakan instrumen yang valid dan reliabel tetapi jika dalam proses penelitian tidak diperhatikan bisa jadi data yang terkumpul hanya onggokkan sampah. Peneliti yang memiliki jawaban responden sesuai keinginannya akan semakin tidak reliabel. Oleh karena itu, pengumpul data walaupun tampaknya hanya sekedar pengumpul data tetapi harus tetap memenuhi persyaratan tertentu yaitu yang mempunyai keahlian yang cukup untuk melakukannya.
    Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
    Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau tidaknya, tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa digunakan pada penelitian lain. Kekhasan setiap obyek penelitian membuat seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen yang akan digunakannya. Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian yang lain. Hal ini disebabkan karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan mekanisme kerja yang berbeda-beda
    Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian, antara lain:
    1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indicator variabel, harus jelas spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan digunakan
    2. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian
    3. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari keabsahan, kesahihan maupun objektivitasnya
    4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah penelitian
    5. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan[1]
    Ada beberapa langkah umum yang biasa ditempuh dalam menyususn instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
    1. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian sejelas-jelasnya, sehingga indicator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indicator variabel, peneliti dapat menggunkan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan
    2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel / subvariabel / indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh satu jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen
    3.  Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan dari indicator variabel. Artinya setiap indikator akan menghasilkan beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya
    4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.
    5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, manggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya
    Langkah umum di atas sekedar petunjuk untuk memudahkan peneliti sehingga instrumen penelitian tidak dibuat asal jadi.[2]

    B.     Kegunaan instrumen penelitian
    Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel (peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam suatu penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan indikator penelitian diukur dengan baik, maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan.. Secara sederhana fungsi dari instrumen penelitian
    1.      sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden
    2.      sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara dan
    3.      sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti.



    [1] Margono,S,  Metedologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hal. 156
    [2] Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989) , hal.99

    C.    Jenis Instrumen Pengumpulan Data
    Tabel 1
    Metode dan Jenis Instrumen Pengumpulan Data

    No.
    Jenis Metode
    Jenis Instrumen
    1
    Angket (questionnaire)
    Angket (questionnaire)
    Daftar cocok (checklist)
    Skala (scala),
     inventori (inventory)
    2
    Wawancara (interview)
    Pedoman wawancara (interview guide) Daftar cocok (checklist)
    3
    Pengamatan/Observasi (Observation)
    Lembar Pengamatan,
    panduan pengamatan,
    panduan observasi (observation sheet, observation schedule),
    Daftar cocok (checklist).
    4
    Ujian/Tes (test)
    Soal ujian,
    soal tes atau tes (test),
     inventori (inventory).
    5
    Dokumentasi
    Daftar cocok (checklist)
    Tabel

    Sumber : Arikunto (1995: 135)

    1.      Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner
    Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden tentang apa yang ia alami dan ketahuinya.
    Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
    a)      Kuesioner terbuka
    Kuesioner terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka digunakan apabiia peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan altematif jawaban yang ada pada responden.
    Contoh pertanyaan angket terbuka:
    Penataran apa saja yang pernah Anda ikuti yang menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan? Tuliskan apa, di mana, dan berapa lama!
    Jawab:
    No.
    Jenis Penataran
    Tempat Penataran
    Berapa Hari
    1.
    ………………………….
    ………………………….
    …………………..
    2.
    ………………………….
    ………………………….
    …………………..
    3.
    ………………………….
    ………………………….
    …………………..
    4.
    dan seterusnya kira-kira 5-7 nomor

    Menggali informasi mengenai identitas responden biasanya dilakukan dengan membuat pertanyaan terbuka. Keuntungan pertanyaan terbuka terdapat pada dua belah pihak yakni pada responden dan pada peneliti:
    (1)   Keuntungan pada responden: mereka dapat mengisi sesuai dengan keinginan atau keadaannya.
    (2)   Keuntungan pada peneliti: mereka akan memperoleh data yang bervariasi, bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan demikian
    b)      Kuesioner tertutup
    Adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda
    Contoh pertanyaan angket tertutup:
    1)      Pernahkan Anda memperoleh penataran yang menunjang tugas Anda mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?
    Jawab: …………………………….  ….a. Pernah ….b. Tidak
    Jika pernah, penataran tentang apa saja? (dapat memberikan centang lebih dari satu)
    a.    materi bidang studi
    b.    metode mengajar/strategi belajar-mengajar
    c.    memilih dan penggunaan media/alat pelajaran
    d.    menyusun alat evaluasi
    c)      Kuesioner langsung
    Responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
    d)      Kuesioner tidak langsung
    Responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain
    e)      Check list
    Yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom jawaban yang tersedia. Di dalam penjelasan mengenai angket dikemukakan juga bahwa dalam mengisi angket tertutup responden diberi kemudahan dalam memberikan jawabannya. Di lain tempat, yakni di dalam penjelasan umum mengenai instrumen disebutkan bahwa daftar cocok adalah angket yang dalam pengisiannya responden tinggal memberikan tanda cek (√). Dengan keterangan tersebut tampaknya angket tertutup dapat dikategorikan sebagai checklist. Namur demikian angket bukan khusus merupakan daftar. Daftar cocok mempunyai pengertian tersendiri. Daftar cocok bukanlah angket. Daftar cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena dengan daftar cocok peneliti bermaksud meringkas penyajian pertanyaan Berta mempermudali responden dalam memberikan respondennya. Daftar cocok memuat beberapa pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar responden tidak diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai berbagai hal tetapi dalam bentuk membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai pengganti.
    Contoh:
    Berikan tanda silang tepat pada kolom yang menunjukkan kebiasaan Anda melakukan pekerjaan di rumah yang tertera di bawah ini.


    No.
    Jenis kegiatan di rumah
    Dikerjakan oleh Anda
    Dikerjakan bersama
    Dikerjakan pembantu
    1.
    Menyiapkan makan pagi
    2.
    Membersihkan rumah
    3.
    Mencuci pakaian sendiri
    4.
    Mencuci sprei, korden, dan seterusnya.
    5.
    Mencuci alat-alat makan dan seterusnya

    Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa variasi jawaban yang harus diberikan oleh responden hanya empat macam yakni:. “Dikerjakan oleh Anda”, “Dikerjakan bersama”, dan “Dikerjakan pembantu”. Dengan daftar cocok ini barang kali peneliti hendak mengungkap seberapa besar tanggung jawab responden terhadap pekerjaan di dalam rumah tangga. Jika pertanyaan dan alternatif jawaban tersebut disajikan dalam bentuk angket, alternatif jawaban hanya tiga macam itu akan disebutkan secara berulang-ulang dengan bentuk dan isi yang sama. Daripada memakan tempat padahal responden sudahtahu (dan hafal!) apa yang harus dipilih maka altematif tersebut disingkat dalam bentuk kolom-kolom yang apabila sudah diisi oleh responden terlihat adanyadaftar tanda centang yang disebut daftar cocok. Istilah “daftar cocok” juga dapat datang dari apa yang diharapkan dari responden, yakni memberi tanda cocok atau tanda centang pada daftar pernyataan yang disediakan.
    a)      Skala bertingkat
    Jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap pernyataannya.
    Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor telp responden yang jelas tidak akan di oleh dalam penelitian. Dalam menata tampilan pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena itu diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner menjadi enak dibaca, seperti penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang dianggap penting, penggunaan warna-warna dan hiasan, serta meletakkan kelompok pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat yang berbeda
    Bentuk tes seperti ini dapat saudara laksanakan salah satunya ketika menyelesaikan tugas akhir terkait dengan bidang garapan ke SD an diantaranya membuat laporan tugas akhir penyelesaian studi seperti skripsi.

    1.      Bentuk Instrumen Wawancara/Interviu
    Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interviu. Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau interview guide. Dalam pelaksanaannya, interviu dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah pewawancara harus tetap mengingat data yang harus terkumpul.
    Interviu dapat dibedakan dalam dua jenis berikut ini:
    a)      Interviu berstruktur
    Dalam interviu berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Keuntumgan pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini telah dibakukan. Karena itu, jawabannya dapat dengan mudah dikelompokkan dan dianalisis. Kelemahannya, pendekatan ini kaku dilakukan dalam teknik ini dapat meningkatkan releabilitas interviu, tetapi dapat menurunkan kemampannya mendalami persoalan yang diselidiki
    b)      Interviu tak terstruktur
    Interviu ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Interviu seperti ini bersifat luwes dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan dengan subjek dan suasana pada saat interviu dilaksanakan. Teknik wawncara ini tidak dapat segera dipergunakan untuk pengukuran mengingat subjek mendapat kebebasan untuk menjawab sesuka hatinya dan pertanyaan yang diajukan interviewer dapat menyimpang dari rencana semula. Namun, interviu semacam ini dapat membantu menciptakan dan menjelaskan dimensi-dimensi yang ada di dalam topic yang sedang dipersoalkan.
    Kekuatan interviu terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam melakukan tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan bersahabat agar sumber data dapat memberikan informasi yang jujur. Si interviewer harus dibuat terpancing untuk mengeluarkan informasi yang akurat tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya informasi keluar seperti air mengalir dengan derasnya.
    Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan informasi terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru sekolah dasar ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah seorang guru di sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya dengan kepala sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan sebagian siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru terkait.

    2.      Bentuk Instrumen Observasi
    Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data. Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
    Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai contoh, observasi yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati ditulis dalam pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan di tally, isi daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah tersebut seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru piket mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system), data yang didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga sekolah dalam suatu hari tertentu.
    Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category system, yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal yang diamati terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan program peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau buruk.
    Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga instrumen observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek kejiwaan. Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden untuk mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.
    Ada beberapa alat dan cara untuk mencatat hasil observasi, yaitu sebagai berikut:
    a)      Catatan Anekdot (anecdotal record)
    Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian. Catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatn ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat si pencatat tentang kejadian tersebut
    b)      Catatan berkala (insidental record)
    Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan. Menurut waktu munculnya suatu gejala, tidak dilakukan secara terus menerus, melainkan pada waktu teretntu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang ditentukan untuk tiap-tiap kali pengamatan
    c)      Daftar cek (check list)
    Penataan data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang memuat nama observer disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas observasi memberi tanda cek pada gejala yang muncul
    d)     Skala nilai (rating scale)
    Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya terletak pada kategorisasi kejadian yang dicatat. Di dalam daftar rating scale tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau mempergunakan skala 3, 5  dan 7. Misal: baik, sedang, dan buruk (skala 3); sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk (skala 5); luar biasa, sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk, luar biasa buruk (skala 7). Karena itu kecermatan dan sikap kritis observer, dalam hal ini, sangat diperlukan
    e)      Peralatan mekanis (mechanical device)
    Pencatatan data dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi berlangsung, karena seluruh atau sebagian peristiwa direkam dengan alat elektronik sesuai dengan keperluan. Misalnya, peristiwa di film, photo, rekaman, menggunakan video kaset dan lain-lain.[1]

    1.      Bentuk Instrumen Tes
    Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada sesorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Persyaratan pokok bagi tes adalah validitas dan reliabilitas.[2]
    Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soal-soal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis variabel yang diukur.
    Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes, yaitu: a) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin, kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya, b) tes bakat atau aptitude test, tes ini digunakan untuk mengetahui bakat seseorang, c) tes inteligensi atau intelligence test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang, d) tes sikap atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam menghadapi suatu kondisi, e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu, f) tes prestasi atau achievement test, digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari sesuatu.
    Ada juga jenis tes yang sering digunakan sebagai alat pengukur, yaitu:
    a)      Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara lisan pula
    b)      Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis pula. Tes tertulis ini dibedakan dalam bentuk tes essay (essay test) dan tes objektif[3].


    [1] Hadari, Nawawi, Metedologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UGM Press, 1983) , hal.143
    [2] Margono,S,  Metedologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hal. 170

    [3] ibid

    Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam mengevaluasi kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan memperhatikan aspek aspek mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan, sikap serta keterampilan yang dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu materi tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan.

    1.       Bentuk Instrumen Dokumentasi
    Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tally pada setiap pemunculan gejala.
    Instrumen dokumentasi dikembangkan untuk penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hhukum, dan peraturan-peraturan yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, bahkan benda-benda bersejarah seperti prasasti dan artefak.


    A.      Fungsi Instrumen Penelitian
    Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan variabel (peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam suatu penelitian. Semakin suatu peubah, konsep dan indikator penelitian diukur dengan baik, maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan. Secara sederhana fungsi dari instrumen penelitian diantaranya: 
    1.                  Alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel yang diteliti.
    2.                 Instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi , pemahaman, dan self regulated learning atau kemandirian belajar dalam suatu pembelajaran.
    3.                 Instrumen penelitian ini perlu dikembangkan, pengembangan instrumen yang baik yang dipakai untuk penelitian harus memenuhi standar yang baku karena hal tersebut dapat memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
    4.                  Melalui uji coba instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi, pemahaman dan self regulated learning siswa, maka tersedia instrumen yang sudah valid dan realiable yang dapat memudahkan peneliti dalam melanjutkan pengambilan data untuk kelanjutan penulisan disertasi.[1]
    5.                 Berdasarkan uji coba instrumen diatas, secara umum tujuan melakukan uji coba instrumen ini dibagi menjadi 5 bagian:[2]
    a.         Mengidentifikasi soal-soal yang lemah.
    b.         Mengidentifikasi taraf kesukaran soal sehingga dapat sesuai dengan tujuan instrumen yang dibuat.
    c.         Mengidentifikasi kemampuan daya beda soal
    d.        Menentukan lamanya waktu mengerjakan soal-soal tersebut.
    e.         Untuk menghindari adanya bias dalam setiap pernyataan yang dibuat serta serta menghindari adanya tumpang tindih antar soal.
    6.      Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden.
    7.      Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara.
    8.      Sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staf peneliti.




    [1] Tandiling Edy,  Jurnal Penelitian Pendidikan (Pontianak : Universitas Tanjungpura,2012), hal. 30.
    [2] Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Edisi Kedua (Jakarta : Erlanggga, 2009), hal. 117.


    A.      Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
    Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh sebab itu dibutuhkan alat ukur atau instrumen penelitian yang baik (telah teruji validitas dan reabilitasnya) agar mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya. Terjadi pada obyek yang diteliti[1]. Kalau dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul memberi data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Sedangkan hasil penelitian dikatakan reliabel, menurut Sugiyono (2010) yakni bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
    Sedangkan suatu instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur[2]. Neraca yang valid dapat digunakan untuk menguur massa dan menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur panjang. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama[3]
    Untuk mendapatkan hasil peneltian yang valid dan reliabel, maka instrumen penelitian yang digunakan pun mutlak harus valid dan reliabel. Namun hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji validitas dan reabilitasnya, otomatis hasil  (data) penelitian menjadi valid dan reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
    Instrumen-instrumen dalam ilmu alam biasanya telah diakui validitas dan reliabilitasnya (kecuali yang rusak atau palsu). Instrumen-instrumen tersebut dapat dipercaya sebab telah teruji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk memperoleh data. Sedangkan ilnstrumen-instrumen dalam ilmu sosial biasanya juga sudah ada yang baku karena telah teruji validitas dan reliabilitasnya, tetapi banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Instrumen yang tidak teruji validitas dan reliabilitasnya, jika digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data yang sulit dipercaya kebenarannya. Oleh sebab itu, sebelum digunakan untuk mengukur, instrumen harus dikalibrasi (diuji validitas dan reliabilitasnya).
    Pada dasarnya, terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar dan instrumen nontes untuk mengukur sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”, sedangkan instrumen sikap jawabannya bersifat “positif atau negatif”.
    Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen itu[4]. Sedangkan bila kriteria instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada, maka itu merupakan instrumen yang memiliki validitas eksternal. Jadi, validitas internal instrumen dikembangan menurut teori yang relevan sedangkan validitas eksternal instrumen dikembangkan dengan fakta empiris. Menurut Sugiyono (2010), suatu penelitian dikatakan memiliki validitas internal jika data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan dan instrumen yang digunakan, dan memiliki validitas eksternal bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel lain (digeneralisasikan).
    Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Instrumen yang mempunyai validitas konstruksi, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukut gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan mengukur efektifitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content validity), maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen yang disusun berdasarkan program yang telah direncanakan. Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.

    B.       Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
    1.        Pengujian validitas instrumen
    a.       Pengujian validitas konstruksi (construct validity)
    Untuk menguji validitas konstruksi digunakan pendapat para ahli (judgment experts) setelah sebelumnya instrumen tersebut dikonstruksi aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
    Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji coba instrumen kepada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Berikut ini adalah contoh menguji validitas konstruksi dengan analisis faktor.
    Misalnya akan dilakukan pengujian validitas konstruksi melalui analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja pegawai. Jadi dalam hal ini variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan konsultasi ahli, indikator pretasi kerja pegawai meliputi dua faktor yaitu: kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja. Selanjutnya indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi tiga pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan. Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan tersebut, selanjutnya diberikan kepada 5 orang pegawai sebagai responden untuk menjawabnya. Jawaban responden ditunjukkan pada tabel 2. Arti angka: 4 berarti sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya.


    [1] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alabeta, 2010), h. 121.
    [2] Ibid.
    [3] Ibid.
    [4] Ibid., h. 123.

    Analisis faktor dilakukan dengancara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.

    Tabel 2
    Data Prestasi Kerja Pegawai
    No. Res.
    Skor Faktor 1 untuk butir no:
    Jml 1 (X1)
    Skor Faktor 2 untuk butir no:
    Jml 2 (X2)
    Jml Total (Y)
    1
    2
    3
    1
    2
    3
    4
    1.       
    3
    4
    3
    10
    3
    3
    2
    4
    12
    22
    2.       
    4
    3
    2
    9
    4
    3
    4
    4
    15
    24
    3.       
    1
    2
    1
    4
    3
    2
    1
    2
    8
    12
    4.       
    3
    3
    3
    9
    4
    4
    3
    3
    14
    23
    5.       
    2
    2
    4
    8
    3
    1
    2
    1
    7
    15

    Berdasarkan tabel 2 tersebut telh dihitung bahwa korelasi antara jumlah faktor 1 (X1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara jumlah faktor 2 (X2) dengan skor total (Y) = 0,94. Karena koefisien korelasi kedua faktor tersebut di atas 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi (construct) yang valid untuk variabel prestasi kerja pegawai.
    Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total (Y). Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus dperbaiki atau dibuang.
    Dari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ketujuh butir instrumen dengan skor total ditunjukkan pada tabel 3.



    Tabel 3
    Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Konstruk
    No.
    r hitung
    r kritis
    Keputusan
    r1y
    0,95
    0,30
    valid
    r2y
    0,79
    0,30
    valid
    r3y
    0,22
    0,30
    tidak valid
    r4y
    0,73
    0,30
    valid
    r5y
    0,79
    0,30
    valid
    r6y
    0,84
    0,30
    valid
    r7y
    0,83
    0,30
    valid

    Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa butir no 2 (faktor 1) tidak valid karena koreasi butir tersebut dengan skor total hanya 0,22. Butir tersebut tidak selaras dengan butir yang lain.
    Pengujian seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari sampel uji coba.  Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test. Berikut ini diberikan contoh analisis daya pembeda untuk menguji validitas instrumen.

    Tabel 4
    Kelompok Skor Tinggi dan Rendah pada Instrumen untuk mengukur kinerja aparatur Negara
    Skor-skor kelompok tinggi
    Skor-skor kelompok rendah
    126
    81
    128
    96
    135
    104
    135
    107
    135
    108
    140
    108
    142
    109
    X1 = 135,1
    S1 = 6,1
    S12 = 38,1
    X2 = 101,85
    S2 = 10,2
    S22 = 104,4

    Contoh:
    Suatu instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja aparatur Negara. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan kepada paara ahli aparatur dn dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji coba diberlakukan terhadap sampel 25 responden yang tahu maslaah aparatur. Berdasarkan 25 responden tersebut dapat dikelompokkan 27% responden yang memberikan skor tinggi dan 27% skor rendah.
    Untuk menguji daya pembeda digunakan rumus t-test sebagai berikut:
    t =
    Di mana:
               Sgab =  
    Berdasarkan data yang ada pada tabel 4 dan rumus tersebut, maka:
    Sgab =
    Sgab = 8,4
    t =
    jadi t hitung = 7,37

    Untuk mengetahui apakah perbedaan tu signifikan atau tidak, maka harga t hitung tersebut peru dibandingkan dengan t tabel. Bila t hitung lebih besar daripada t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid.
    Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa kelompok responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi normal. Dengan demikian, kelompok skor tinggi dan rendah harus berbeda secara signifikan, sesuai dengan kurva normal.
      
    a.       Pengujian validitas isi
    Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara teknis, pengujian validitas isi dan konstruksi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen.
    Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji pembeda. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total dan uji pembeda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah.

    b.      Pengujian validitas eksternal
    Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
    Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi pula. Untuk meningkatkan validitas eksternal penelitian selain dengan meningkatkan validitas eksternal instrumen, maka dapat dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.

    1.        Pengujian Reliabilitas Instrumen
    Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal, reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu[1].
    a.      Test-retest
    Pengujian ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada koresponden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, responden sama, dan waktu yang berbeda. Reliabiitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.  
    b.      Ekuivalen
    Instrumen yang ekuivalen adalah pernyataan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Pengujian dengan cra ini cukup dilakukan sekali, tetai instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu yang juga sama, dan instrumen berbeda.
    c.       Gabungan
    Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada penguian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
    d.      Internal consistency
    Pengujian dengan cara ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Berkut rumus-rumus untuk uji relianilitas instrumen.

    Rumus Spearman Brown:
         ri =
    di mana:
    ri = reliabilitas insternal seluruh instrumen
    rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

    Rumus KR. 20 (Kuder Richardson)
    Ri =
    Di mana:
    K = jumlah item dalam instrumen
    Pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
    Q1 = 1 – pi
     = varians total

    Rumus KR 21
    Ri =
    Di mana:
    K = jumlah item dalam instrumen
    M = mean skor total
     = varians total

    Analisis Varian Hoyt (Anova Hoyt)
    Ri= 1 –
    Di mana:
    MKs = mean kuadrat antara obyek
    MKe = mean kuadrat kesalahan
    Ri = reliabilitas instrumen


    [1] Ibid., h. 130.

    BAB III
    KESIMPULAN

    Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa Fungsi dari instrumen penelitian ini adalah alat ukur yang dapat digunakan dalam suatu penelitian yang berguan untuk pencatat informasi dari responden, alat mengorganisasi proses wawancara, dan alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staf peneliti.
    Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian haruslah diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu agar mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Pengujian validitas instrumen meliputi pengujian validitas konstruksi, pengujian validitas isi, dan pengujian validitas eksternal. Sedangkan pengujian reabilitas instrumen dapat berupa test-retest, ekuivalen, dan gabungan.



    DAFTAR PUSTAKA


    Ali, Mohamad, 1990. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung:Angkasa
    Idrus, Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Edisi Kedua). Jakarta : Erlangga.
    Margono,S, 2007. Metedologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
    Nawawi, Hadari, 1983.  Metedologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press
    Sudjana, Nana , Ibrahim, 1989. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
    Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
    Tandiling Edy.2012. Jurnal Penelitian Pendidikan. Pontianak : Universitas Tanjungpura. 



    0 komentar:

    Posting Komentar